Monday, 25 November 2013

Bromo - Mengambil Pelajaran dari Setiap Perjalanan

Daya Tarik Bromo (ketika wisata alam kian diminati)

Ada banyak daya tarik dari wisata Gunung Bromo, antara lain adalah menikmati keindahan matahari terbit (sunrise) di Puncak Penanjakan pada ketinggian 2.770 meter di atas permukaan laut. Waktu yang tepat untuk datang ke sini pastinya pagi, sebaiknya subuh sudah standby.
Di Penanjakan ini merupakan spot yang paling favorit dibanding spot-spot lain yang juga bisa dikunjungi wisatawan untuk menikmati sunrise. dan beginilah gambaran keramaian yang terjadi di penanjakan.
Saat matahari mulai naik, para wisatawan disuguhi landscape gunung bromo serta barisan bukit-bukit indah dengan background gunung semeru yang merupakan puncak tertinggi pulau jawa.
Agak melongok kebawah, kita dapat melihat hamparan lautan pasir (kaldera) yang diselimuti awan putih yang lembut.
Puas di penanjakan, waktunya turun melihat langsung dari dekat kawah bromo. Terlihat ramainya pengunjung di gapura penanjakan mulai turun dan sebagian ada yang baru datang.
Menuju ke kawah, kita akan merasakan asyiknya menyusuri lautan pasir (kaldera) dengan motor atau kendaraan roda empat jenis 4x4
View gunung bathok di sebelah kawah gunung bromo, dan tempat parkiran dibawahnya adalah awal untuk pendakian.
Banyaknya pengunjung membuat tangga menuju kawah macet parah.. (harap sabar dan antri, dilarang saling mendahului)
 Dan ini penampakan ane dan kawah gunung bromo yang senantiasa mengeluarkan asapnya..


Makna yang Terlewatkan (Bukannya bermakrifat, jatuhnya malah maksiat)

Melihat kian membeludaknya pengunjung, pasti ada kontroversi yang mengiringi, mulai dari masalah kurangnya penanganan sampah (minim tempat sampah) yang bertemu dengan kurangnya kesadaran pengunjung untuk tidak membuang (meninggalkan) sampah secara tidak bertanggungjawab. termasuk juga bagaimana dengan nasib masa depan bunga keabadian (edelweis) yang secara terang-terangan dipetik dan diperdagangkan tanpa ada razia bahkan sanksi (baca: UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem).

Selain masalah-masalah klise tersebut, pernahkah terbersit tanya tentang adakah sholat (subuh khususnya) yang dalam tanda petik sengaja ditinggalkan... Lalu apa hubungannya?

Pada hakikatnya mengagumi alam berarti mengagumi Tuhan sebagi Sang Pencipta. Dan salah satu cara untuk mendekatkan diri pada sang pencipta adalah dengan mengenal tanda-tanda kekuasaannya (makrifatullah) melalui alam semesta. Makrifatullah adalah buah dari ilmu, ilmu yang mampu mengantarkan manusia kepada keyakinan,bahwa tiada Tuhan selain Allah (laa ilaaha illallah). Untuk itulah, guna meraih kebahagiaan yang abadi manusia wajib mengenal Allah Swt. Caranya dengan mengenal ayat-ayat-Nya, baik ayat kauniah (jagat raya ini berikut isi-isinya termasuk manusia beserta isi hatinya) maupun ayat kauliyah (firman Allah dalam alqur'an).
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berjalan di lautan dengan membawa barang yang bermanfaat kepada khalayak manusia, dan air yang diturunkan Allah dari langit (berupa air hujan), yang bias menghidupkan bumi setelah matinya (bias menumbuhkan pepohonan dan tanaman, padahal asalnya gersang), lalu binatang disebarkan di bumi dan diciptakan hembusan angin, awan yang berarak antara langit dan bumi, kesemuanya itu sebagai tanda atas kekuasaan Allah bagi kaum yang mau menggunakan akal pikirannya. (Al-Baqarah, 164)
Sayangnya, (Mungkin ini sedikit berbelit) tidak sedikit dari kita sadar atau tidak sadar terjebak pada situasi dilema yang mana faktor ramainya pengunjung telah membuat Tuhan tak lagi ditakuti, justru lebih takut jika kehilangan tempat dan kehilangan moment (dalam hal ini sunrise), jika meluangkan waktu untuk bersujud sejenak. belum lagi fasilitas mushalla yang terlalu kecil, itupun dipakai buat tidur pengunjung. Sehingga  mereka yang berdalih mendekatkan diri dengan Tuhan melalui ayat kauniah hanya sebatas mengagumi jagat raya secara kasat mata tanpa mampu mendengarkan isi hatinya.


Bagi yang sudah pernah melihat film "Vertical limit", anda pasti tahu tokoh Hakeem, seorang Muslim Pakistan yang tetap menjalankan ritual sholat (apapun kondisinya) di puncak dinginnya Himalaya, dalam misi perjalanan menyelamatkan 3 pendaki gunung lain yang terjebak badai salju.
“Sesungguhnya perjanjian antara kita dan mereka (yang membedakan antara kaum muslimin dengan kaum kafir) ialah shalat. Barangsiapa yang meninggalkan shalat ia menjadi seorang kafir” (Hadits riwayat An Nasai).
Bagaimana bisa kita bermakrifat jika ayat-ayat telah tersayat rayuan fatamorgana sesaat. Bagaimana mungkin juga bisa mendapatkan hakekat jika dengan syariat kita telah bermaksiat (dilanggar). Karena kegelapan hati tidak otomatis berseri meski mentari mulai tinggi. 

Seperti yang kita ketahui, hakekat dari sholat adalah mencegah perbuatan keji dan munkar.. (cek QS. 29:45)? pantas saja faktanya banyak yang tak lagi mempedulikan pelestarian alam (ex: buang sampah sembarangan). Bisa jadi (meski sebatas asumsi) jika diadakan riset hasilnya berbanding lurus. Bagaimana bisa mencapai hakekat yang sudah semestisa sejalan seirama.. Bukankah dengan meninggalkan sholat sebagai syariat agama ini sudah termasuk perbuatan mungkar?

Imam Malik mengatakan bahwa seorang mukmin sejati adalah orang yang mengamalkan syariat dan hakikat secara bersamaan tanpa meninggalkan salah satunya. Ada adagium cukup terkenal, “Hakikat tanpa syariat adalah kepalsuan, sedang syariat tanpa hakikat adalah sia-sia.” Imam Malik berkata, “Barangsiapa bersyariat tanpa berhakikat, niscaya ia akan menjadi fasik. Sedang yang berhakikat tanpa bersyariat, niscaya ia akan menjadi zindik.Barangsiapa menghimpun keduanya [syariat dan hakikat], ia benar-benar telah berhakikat.”

Lalu pertanyaannya kemudian, apa yang telah kita dapatkan dari wisata alam? adakah makna yang terlewatkan? 
 “Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka, dan sungguh kampung akhirat iti lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kalian memahaminya?” (QS. Al An’am 32) --> baca juga QS. Al Ankabut: 64, Muhammad: 36 dan Al Hadid: 20
Semoga kita mampu mengambil pelajaran dari setiap perjalanan. #think and act smart.

Share on :
0 Komentar di Blogger
Silahkan Berkomentar Melalui Akun Facebook Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...