Saturday, 20 December 2014

Menjadi 'Duta' Sesungguhnya (dalam Kampung Budaya UB - dari Kappama untuk Pacitan)

Saat di Pacitan sedang menghelat ajang pemilihan "Kethuk Kenang Pacitan" yang merupakan Program pemilihan putra – putri berprestasi lewat kegiatan pemilihan Kethuk-kenang sebagai Duta Wisata Kabupaten Pacitan (sumber: deskripsi pada Halaman FB Kethuk Kenang Pacitan), maka KAPPAMA yang merupakan organisasi pelajar di malang tanpa harus lenggak-lenggok di catwalk sudah melakukan kegiatan konkrit sebagai Duta Pacitan yang tidak hanya mengenalkan potensi wisata, tetapi juga mengenalkan budaya serta produk khas lokal.

***
#intermezzo Maaf sebelumnya kalo saya kurang respect dan underestimate terhadap ajang semacam pemilihan kethuk kenang pacitan. karena melihat yang sebelum-sebelumnya kegiatan semacam ini (menurut saya) hanya sebagai ajang cari pemuda/i yang goodlooking atau paling tidak cameraface/fotogenic, punya bakat ato prestasi mah nomer sekian.. selebihnya kedepannya mo ngapain nggak jelas, intinya ada ato tidak ajang ini gak ngaruh buat pacitan.
Sebagai gambaran, saya pernah iseng menggoda teman yang kebetulan sangat concern terhadap wisata di pacitan lewat twitter buat ikut ajang tersebut (semacam test the water lah), tapi jawabnya "gah nda. Kudune good looking." entah itu curhat ato berusaha mengungkapkan fakta sebenarnya tentang fokus seleksi dari ajang tersebut sehingga kata yang keluar seperti itu. Sangat disayangkan memang, karena saya rasa semua persyaratan terpenuhi kecuali 'umur' sih.. Kontribusinya terhadap wisata pacitan cukup besar tapi banyak yang tidak tahu kalo banyak tulisannya mengenai potensi wisata pacitan yang sering dimuat di media online dan dibaca ribuan bahkan jutaan orang, sehingga membuat banyak orang luar menjadi tahu tentang wisata pacitan dan penasaran untuk datang. bukankah ini bagian dari loyalitas terhadap wisata?? belum lagi, melalui hobi menulisnya tersebut belum lama ini ia menjadi salah satu diantara 3 orang finalis sebuah kompetisi menulis yang beruntung liburan gratis ke Jepang, dan terpilih jadi juarannya. apa itu bukan prestasi seperti yang dicari?
Hihihihi...
Akan tetapi andaikan saat ini usianya masih mencukupi persyaratan saya kira ia tetap tidak akan ikut, potensinya terlalu mahal kalo hanya untuk dijadikan pajangan dan tontonan. wong di persyaratan aja tidak mencantumkan persyaratan semisal 'wajib membuat essai tentang mengembangkan potensi wisata pacitan berbasis kearifan lokal', biar gak salah urus seperti pantai banyutibo (misalnya..). lha gimana mo jadi duta wisata kalo visi-misinya aja gak jelas.. heuheuheu
***
Oke, kembali ke Kappama. Sebelumnya saya pengen ucapkan selamat buat temen-temen Kappama. yang telah melaksanakan program kerjanya (mulai dari proses sampai hari-H) dengan sukses. Umak ancen mbois ilakes.. lanjutkan.! Program kerja yang dimaksud di sini adalah berpartisipasi dalam event Kampung Budaya 2014 yang diadakan oleh EM Universitas Brawijaya. dan Kappama termasuk dalam daftar 30 forum mahasiswa daerah (forda) se-Indonesia yang menjadi peserta (turut bangga deh..). Kegiatan tersebut berlangsung selama 2 hari dari kamis hingga jum'at, 18-19 Desember 2014. Hari pertama agendanya kirab budaya dan pawai kebudayaan yang dilakukan secara serentak (perwakilan forda). Kemudian di hari ke dua, bertempat di gedung samantha krida - UB ada bazar kebudayaan dan perform dari seluruh forda termasuk kappama. Dalam bazar tersebut kappama berada di stan nomer 3, ada apa aja dan bagaimana keseruannya, lihat foto-foto berikut:








Sedangkan untuk penampilan, kappama membawakan tarian "Pacitan Kuncoro". videonya dapat dilihat di link youtube berikut ini: 
Nah, yang begini ini seharusnya dapat dukungan lebih dari pemda khususnya dinas terkait yang menaungi kegiatan kepemudaaan yang di dalamnya mengangkat wisata dan kebudayaan Yap, lebih tepatnya Disbudparpora. Sebelum melihat kegiatan yang semeriah ini, tentunya ada proses panjang berupa persiapan yang mesti dilalui, seperti rapat (kumpul-kumpul) membuat ide dan konsep, latihan, serta yang tak kalah penting adalah mencari pendanaan buat menalangi biaya operasional. Bagi mahasiswa diskusi mencari ide sambil ngopi dan menyiapkan penampilan bukanlah hal yang sulit, karena mereka semua adalah manusia-manusia kreatif dan penuh semangat. Yang justru jadi kendala dan terkadang menurunkan motivasi adalah minimnya perhatian dari pihak yang seharusnya berada beriringan mewujudkan cita-cita bersama demi kemajuan kota tercinta. Oiya, terimakasih sebelumnya kepada Disbudparpora atas 'kerjasama' dan 'booklet'nya. Itu cukup membantu teman-teman dalam menjelaskan kepada pengunjung. Karena berdasar pengalaman, melalui booklet/brosur pula (booklet tahun 2008 yang dibagikan ke temen-teman kappama pada tahun 2010), itu juga bisa dijadikan sarana promosi. terbukti saya bisa berulangkali mengajak teman-teman saya dari malang ke pacitan untuk membuktikan langsung paradise of java yang dimaksud. (mungkin ini juga bisa dijadikan bekal amunisi untuk dibagikan ke pelajar maupun masyarakat yang mau pergi ke luar kota)
*** 
Betapa besar manfaat yang akan diperoleh ketika pemerintah daerah mampu hadir (memberikan support) dalam setiap kegiatan positif yang jelas-jelas membawa nama baik pacitan pada dunia luar. Maka, Pacitan akan semakin dikenal baik dari segi wisata, budaya dan produk lokal yang tentu saja semakin mempermudah untuk mempromosikannya, sehingga perekonomian bisa meningkat, dan imbasnya kesejahteraan masyarakat meningkat pula. Jangan sampai citra Pacitan turun lantaran tidak dapat memberi penampilan yang terbaik dengan alasan kurangnya pendanaan (kan malu-maluin daerah juga.., tapi semoga saja tidak pernah terjadi). Mereka ini kan butuh dukungan, setidaknya saat punya kegiatan ada support lah.. (yang laen mah bahkan ada yang punya asrama). Kita sebenarnya tidak ingin kan jika mahasiswa sebagai aset daerah ini nantinya justru tidak mau pulang membangun daerahnya.. maka perlu dikasih perhatian lebih, biar makin cinta dengan Pacitan. Berbagai contoh dalam lingkup lebih besar (negara) sudah cukup untuk membuka mata kita. Misalnya, Habibie yang mampu membuat pesawat, justru memilih tinggal di jerman karena karyanya tidak dihargai dinegeri sendiri. Ada juga Ricky Elson, si pembuat mobil listrik yang kini pilih pulang ke jepang karena karyanya kurang dihargai di Indonesia (padahal BBM sekarang kan mahal, bikin jadi solusi). Dan sang penemu teknologi 4G Khoirul Anwar yang memilih mengembangkan teknologinya di Jepang (padahal asal kediri tapi jaringan internet di Indonesia lemot) karena lagi-lagi Indonesia tidak memfasilitasi. Tapi bisa jadi atau jangan-jangan Pacitan memang miniaturnya. Ada temen yang mau penelitian di salah satu bank bumn di pacitan ditolak karena dari jenjang S1, dan hanya menerima SMK (dikira mo PKL ato emang takut?), lalu ada yang ngelamar mengabdi dibeberapa sekolah katanya kuota hanya untuk lulusan PT lokal (bener-bener dah, ni kebijakan siapa yang bikin? adakah intruksi dari pemerintah?). Gimana mau maju coba kalo udah susah-susah kuliah sampai ke luar kota barharap bisa pulang membawa ilmu yang diperoleh untuk membangun desanya, tapi di daerah sendiri ternyata tak dihargai. Mungkin standar kita yang terlalu tinggi? bisa jadi. Jadi, masih mau menjadi 'duta' untuk kotamu (Pacitan)? pikir-pikir lagi deh..
***
@kappama_: 
Kopi mana kopi! Kami butuh kopi! - https://twitter.com/kappama_
"Prinsipnya, jangan pernah berharap kepada manusia ataupun pemerintah, karena jika iya, kita akan kecewa". Dapat apresiasi atau pun tidak, asalkan cara dan tujuannya itu baik dan bermanfaat, Hajar! . yakin aja ada jalan. Toh, masih banyak juga koq yang peduli dengan hal-hal semacam ini..   Eh, hampir lupa, Maturnuwun sanget dumateng PWP (Paguyuban Warga Pacitan) di Malang yang telah mensupport kegiatan Kappama, semoga kita senantiasa terjalin silaturahmi dan kekeluargaan layaknya orangtua dan anak di tanah perantauan.  Oleh karena itu, kita juga masih berpegang pada nurani sebagaimana quotes dari Abraham Lincoln “Jangan tanyakan apa yang sudah negara berikan padamu, tapi tanyakanlah apa yang sudah kau berikan pada negara”. Ya, setidaknya Kappama telah membuktikan diri menunjukkan rasa cintanya pada kota kelahiran dengan menjadi 'duta' yang sesungguhnya, yakni turut serta membantu membuka mata dunia untuk melihat 'Surga di Tanah Jawa' melalui event kampung budaya ini. Hal ini juga terlihat betapa semangatnya teman-teman kappama demi suksesnya acara tersebut dengan cara menikmati proses, seperti yang terlihat pada foto di atas, mereka rela begadang disaat hari aktif kuliah untuk mendekorasi stan dan persiapan lain, malam sebelum hari-H  Meski demikian 'duta' di sini juga bukan semata menjadi klaim sepihak untuk kappama saja, tetapi merupakan peran semua pihak, baik individu maupun lembaga yang turut serta mempromosikan Pacitan kepada masyarakat luas. Banyak cara untuk menjadi duta, misalnya dengan prestasi (apapun itu). Dan Presiden RI ke 6, SBY telah membuktikannya, tanpa harus promosi orang sudah banyak yang penasaran tentang kota asal-usulnya. Lewat tulisan juga bisa, contohnya teman saya di atas. Juga memperbanyak jaringan sehingga mampu mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk berkunjung ke Pacitan. Dan masih banyak yang lain, yang tentu setiap orang punya cara yang berbeda.
***
Maaf kalo tulisan saya berantakan ngalor-ngidul, semoga isi pesan tetap tersampaikan. Ini murni mewakili pribadi penulis (bukan organisasi) yang pernah dan masih menjadi bagian dari kappama yang semata cinta pada tanah kelahiran, Pacitan. Sekian.. Salam Cinta dari Kappama untuk Pacitan.
Share on :
0 Komentar di Blogger
Silahkan Berkomentar Melalui Akun Facebook Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...