Wednesday, 8 May 2013

IpoK ngalaM (Arabika Dampit)

Berawal dari melihat tayangan talkshow di televisi, di mana dalam acara tersebut mengundang sebagai (salah satu) bintang tamu adalah Bianca Beatrice Darmawan - Miss Kopi Indonesia 2012. Berdasarkan hal tersebut, terjadilah obrolan ringan sebagaimana disampaikan pada acara tersebut bahwasanya Indonesia merupakan negara produsen Kopi terbesar ketiga di dunia. Dan yang menjadi komoditi unggulan adalah kopi dari jenis Arabika dan Robusta termasuk Kopi Luwaknya.
Obrolan pun mengalir dan berkembang dengan bahasan jenis-jenis kopi asli Indonesia termasuk Malang. Ternyata di Malang Selatan yakni Dampit mempunyai budidaya kopi dengan cita rasa yang khas. Hingga akhirnya muncul wacana untuk mencicipi kopi (Dampit) asli malang yang berjenis arabika tersebut. Wacana ini semakin beralasan ketika teringat bahwa di suatu warung kopi sekelas cafe yang tak jauh dari kontrakan (masih seputar kampus) ada yang menyajikan "kopi Dampit" sebagai menu pilihan.
Setelah personel terkordinasi, berangkatlah kita ber-enam (beberapa dari lokasi masing-masing) ke cafe yang dijanjikan. Dengan pilihan tempat duduk di emperan (sesampainya di TKP) dengan view embongan, Kami berempat langsung memesan jenis kopi dampit yang 3 diantaranya dengan penyajian cangkir, dan satunya dengan plunger +sloki. sedangkan 2 teman lainnya memesan kopi tubruk dan es kopi.
Cara penyajiaanya untuk yang kopi dampit ini berbeda (pastinya berbeda dengan kopi kemasan/sachet), karena gula dan creamer disajikan terpisah, menyesuaikan selera konsumennya. kopi terlebih dahulu disedu dalam plunger (seperti tampak pada gambar yang kanan) dan disediakan cangkir kecil untuk menuangnya. 
Bicara soal rasa menurut saya (yang bukan maniak kopi) itu hanya masalah selera. tapi lebih bagaimana menghargai sebuah proses (dari panen buah, biji, kemudian disangrai lalu dijadikannya bubuk yang siap diseduh menjadi kopi) sehingga mampu memunculkan aroma dan cita rasa yang khas sesuai jenis dan teknik peracikan yang unik itulah (olah) rasa yang pantas untuk dibayar secara unik pula. 
Sebagaimana filosofi kopi sebagai inspirasi dan warung kopi sebagai tempat diskusi menyalurkan opini, kamipun tak bisa lepas dari obralan ngalor-ngidul menggunjing fenomena sosial yang sedang booming di negeri yang komplek dengan ke-bhineka tunggal ika-annya.
Hingga akhirnya petualangan kopi hari ini harus kami disudahi ketika waktu hampir memasuki tengah malam. Dan., WoW.! ternyata bill menujukkan nominal uang pecahan kertas bergambar I Gusti Ngurah Rai warna biru plus seribu rupiah yang merupakan diskon.
Terbersit pertanyaan dan harapan, apakah pelaku industri kopi sampai dengan petani dan buruh perkebunan kopi di Indonesia sejahtera? (semoga saja).

Salam Semangat Pecinta Kopi Seluruh Dunia.
Share on :
1 Komentar di Blogger
Silahkan Berkomentar Melalui Akun Facebook Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda
  1. Artikel yang sangat bermanfaat penjelasannya sangat jelas dan mudah di pahami

    Loewak d' Coffee

    www.hargakopiluwakdcoffee.blogspot.com

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...